TEMPA
– TEMPO BAGIAN I : ADA APA SELEPAS KOTA BANDUNG MENUJU SUMEDANG?
Isamas54; 20 juni 2010
LINTASAN :
1. Cadas Pangeran : Hasil Kerja Paksa
Kolonialis Penjajah Belanda?
2. Kota Sumedang : Sumedang Ngarangrangan,
Naon artinya?
Tulisan ini merupakan kisah perjalanan
selepas kota Bandung menuju Sumedang dengan uraian mengenai obyek- obyek
yang menurut penulis menarik untuk diinformasikan, tentunya disamping obyek
tersebut menarik juga tersedia bahan kelengkapannya.
Kami mengemas dan menampilkan
obyek-obyek yang dilalui dan sekitarnya dengan maksud untuk lebih menggali
pengetahuan kita dan bahan evaluasi pengembangan kekayaan alam di wilayah
tersebut. Dibumbui dengan informasi dan pengalaman sehingga menjadi sebuah
paket cerita yang diharapkan menjadi tambahan informasi yang sangat menarik
untuk dibaca.
Selepas Kota Bandung menuju
Sumedang.
Lantunan
Lagu Ebit G. Ade : “Perjalanan
ini terasa sangat menyedihkan …. ”,
saya kira untaian kata dalam lagu tersebut, khususnya untuk tulisan ini kurang
mengena. Karena dalam perjalanan yang akan dilalui ini disamping jarak relatif
pendek juga disuguhkan melalui cerita yang menarik dan tidak membosankan.
Rute setelah Kota Bandung menuju
arah Sumedang sepanjang kurang lebih 45 km ini dapat dinikmati tidak seperti
syair lagu tersebut (asalkan hati kita juga lagi Mood dan Enjoy), karena jalan
beraspal ini relatif bagus walaupun kadang-kadang berkelok dan pada waktu-waktu
tertentu (pagi, sore hari, liburan atau menjelang dan sesudah Hari Raya) pada ruas-ruas
jalan tertentu terjadi kemacetan.
Ketika melewati Pasar
Tanjungsari Sumedang, kemacetan terkadang sedikit mengganggu tetapi
anggap saja seni dari berkendaraan, terutama waktu pagi hari dikarenakan adanya
pasar tumpah sehingga banyak orang menyeberang dan kendaraan umum ngetem
menunggu penumpang.
• Biasanya juga
kalau kita pulang mudik tidak ada kesan dan pesan kalau seandainay di
perjalanan tidak ada kemacetan alias lancar-lancar saja, kan habis pulang mudik
juga ketika ditanya sama teman, teman tapi mesra, pacar, teman kantor atau kita
juga kalau nanya ke pembokat yang baru pulang mudik tanyanya “macet dimana
waktu pulang mudik ”
Selanjutnya kira-kira enam kilometer
sebelum kota Sumedang, memasuki jalan berkelok di wilayah Cadas Pangeran, entah
ada berapa tikungan / kelokan yang sebagian tajam, (kami tidak sempat
menghitungnya lagi dikarenakan sibuk banting stir, over gigi, dan siap-siap
injak rem (mungkin bagi yang hobynya muntah sibuk sana-sini cari kantung
muntah), tapi jangan khawatir karena kalau kita nikmati enjoy-enjoy saja,
malahan kesan keindahan yang muncul.
Kalau kita ikuti sejarahnya …….
Pemberian nama ini terkait dengan
pembangunan Jalan Raya Pos Daendels yang melintasi daerah ini dengan medan yang
berbatu cadas serta memakan korban sebanyak sekitar lima ribuan jiwa pekerja
meregang nyawa pada waktu pembuatannya. Hal ini membuat marah penguasa
Kabupaten Sumedang yaitu Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) atau lebih
populer dengan sebutan Pangeran Kornel, ia memprotes Daendels atas kesemena-menaan
dalam pembangunan jalan itu.
• Syahdan menurut informasi yaitu sekitar tahun
1960-1970 atau mungkin bahkan sampai tahun 1980-an jalan ini “dianggap angker”
sehingga dari mulai kelokan pertama Cadas Pangeran, para penumpang kendaraan
sepanjang jalan ini (tentunya bagi yang merasa ngeri atas kejadian-kejadiannya)
membaca doa-doa sebisa-bisanya dari mulai basmallah sampai doa apa saja yang
bisa dibaca. Anjuran “orang tua” tersebut tidak semata-mata untuk menghilangkan
stress saja karena tidak heran waktu itu sering terjadi kecelakaan kendaraan
besar (bus atau truk) maupun kendaraan kecil.
• Salah satu kendaraan bus
umum yang jatuh ke jurang dengan kedalaman puluhan meter tersebut (Bus Padasuka
atau apa, mohon masukkan apabila ada yang tahu bus apa dan kapan atau tahun
berapa) yang hampir semua penumpangnya meninggal dunia. Sering terjadinya
kecelakaan waktu itu disebabkan disamping jalan yang berkelok tajam, juga
sempit, batas pengaman jurang kurang memadai serta kondisi kendaraan waktu itu
banyak yang remnya blong (service dan perawatan mungkin tidak semudah dan
“semurah” sekarang, dimana dealer dan agen sparepart berbagai merk dimana-mana,
dengan cara dari mulai ngutang dulu, nyicil, loakan dlsb-dlsb).
• Salah satu bukti
perkembangan teknologi untuk keselamatan manusia antara lain kaca kendaraan,
waktu itu berupa kaca biasa yang apabila pecah bisa tajam seperti pedang
sehingga dengan potongan / pecahannya ini tidak sedikit menyebabkan korban
tersayat wajahnya atau tertusuk perutnya bahkan bisa tergorok lehernya oleh
lempeng potongan / pecahan kaca pintu atau jedela mobil yang ditumpanginya.
Kalau tidak salah baru tahun 1970-an dikenal oleh masyarakat adanya Kaca
Kristal digunakan untuk kaca kendaraan seperti sekarang ini, waktu itupun yang
dikenal baru untuk merk mobil tertentu (antara lain kendaraan Toyota Hardtop
yang Penulis tahu, entah kalau di Formula I nun jauh di sana).
• Keterangan Foto-foto (maaf masih
ngopy): Kelokan, monument Pangeran kornel bersalaman, dan jurang di Cadas
Pangeran
Perjalanan dilanjutkan …………………
Memasuki Kota Sumedang
Sumedang adalah merupakan sebuah
kota kecil yaa kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal
sebagai tempat persinggahan ng terdapat di antara dubagi mereka yang tengah
melakukan perjalanan darat antara Bandung dan Cirebon.
Untuk menghilangkan penat dan
sekalian menunaikan ibadat sembahyang Sholat bisa beristirahat di Masjid Agung
Sumedang yang letaknya berdampingan dengan taman kota berupa Alun-alun
Sumedang, dimana alaun-alun ini di dalamnya terdapat pepohonan yang rindang
sehingga sering digunakan sebagai arena bermain dan jogging track. Tidak
salahnya apabila beristirahat dulu dan di sini bisa menyewa kuda kecil untuk
berkeliling taman, atau cari cemilan yang banyak dijual di sekitarnya.
Sejarah mengenai Sumedang pun tidak
bisa dilewatkan begitu saja, yang konon menurut sebagian orang menyebutkan
sebagai halnya “Monumen Endog ”,
yang tidak ada isinya...?
Apa itu Monumen Endog? *) ……..
*) Endog berasal dari bahasa Sunda
yang artinya telur.
SUMEDANG kaya akan mitos. Sebagian
masyarakat tetap memelihara mitos-mitos tersebut. Salah satunya yang cukup
menggelitik adalah adanya uga (Uga adalah untaian kata atau kalimat yang secara
simbolis berisi ramalan leluhur tentang keadaan yang dihadapi pada suatu waktu
nanti) ‘Sumedang Ngarangrangan’. Uga tersebut seolah merupakan pembenaran dari
keadaan sekarang, yang oleh sebagian orang tidak lebih baik dari tempo dulu..
Munculnya uga ‘Sumedang
Ngarangrangan’ menurut Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, MS secara historis dapat
dilacak ke masa silam. Ketika ayahandanya wafat dimana Raden Djamu masih kecil
(kelak lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kusumahdinata IX alias Pangeran
Kornel), maka pemerintah VOC mengangkat keturunan dari Parakanmuncang sebagai
Bupati, berkuasa dari 1773-1791. Situasi yang tidak nyaman ini karena Sumedang
tidak dipimpin oleh keturunan Sumedang sendiri, menimbulkan uga ‘Sumedang
Ngarangrangan’. Kata ngarangrangan menunjukkan pohon yang daunnya berguguran
dengan dahan yang kering meranggas (konon sebagian orang menyebutkan seperti
halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isinya…?)
Keadaan ngarangrangan pada waktu itu
lebih terasa lagi oleh Bupati ketika mereka diangkat menjadi pegawai Kerajaan
Belanda yang hanya menerima gaji. Bupati yang berkuasa sebagai Raja tentu
merasa hak istimewanya dikurangi dengan hanya menerima gaji. Seluruh bupati di
Jawa dan Madura sama, mengalami birokratisasi ini.
Sekarang boleh jadi bagi Sumedang,
ngarangrangan mencapai puncaknya setelah adanya Bendungan Jatigede.
Selain Jatigede yang menenggelamkan peninggalan arkeologis dari masa Tembong
Agung, dengan jalan Tol Cisumdawu serta serta akan adanya Bandara
Internasional di Kertajati Majalengka, Sumedang pun akan benar-benar
menjadi kota yang “stagnant”.
Apakah betul itu ?
- CADAS PANGERAN : Hasil Kerja
Paksa Kolonialis Penjajah Belanda ?
- KOTA SUMEDANG : SUMEDANG
NGARANGRANGAN, NAON ARTINYA ?
CADAS PANGERAN : Hasil Kerja Paksa
Kolonialis Penjajah Belanda ?
Cadas
Pangeran adalah nama suatu
tempat, kira-kira enam kilometer sebelah barat daya kota Sumedang, yang dilalui jalan raya Bandung - Cirebon. Pemberian nama ini terkait dengan pembangunan Jalan Raya Pos Daendels yang melintasi daerah ini. Karena medan yang
berbatu cadas, lima ribuan jiwa pekerja kehilangan nyawanya. Hal ini membuat
marah penguasa Kabupaten Sumedang, Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) yang lebih populer
dengan sebutan Pangeran Kornel, dan ia memprotes
Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan itu.
Gambar : Monumen Pangeran Kornel
Jalan pegunungan ini keunikan
tersendiri, baik dari segi sejarahnya maupun geografinya.
Pada masa pembangunannya
di jaman penjajahan Belanda, yaitu di bawah perintah Jenderal Daendels, telah
mengorbankan ribuan nyawa pekerja paksa, karena medannya terjal dan berbatu
karang sangat keras. Jalan yang dibuat menyusuri pinggir tebing dengan
jurangnya yang dalam.
Awalnya jalan ini sangat sempit
dengan kelokan-kelokan tajam. Saat ini sudah diperlebar ke arah jurang. Sebelah
jalan berpijak pada jalan lama yang sempit dan sebelah lagi melayang di atas
jurang dalam dengan konstruksi jembatan.
Pada waktu melewati jalan tersebut
(tahun 2006 sampai sekarang?), terdapat beberapa mobil yang menggunakan jalan
baru di atas Cadas Pangeran. Jalan ini kemungkinan akan digunakan untuk
kendaraan kecil, jika volume kendaraan padat di Cadas Pangeran (saat arus mudik
padat waktu menjelang Lebaran), perkembangan penggunaan jalan alternative
tersebut penulis belum mengikuti lebih lanjut.
Gambar : Jalan tikungan dan pintu
masuk (monumen Pangeran Kornel bersalaman) di Cadas Pangeran.
Cadas Pangeran, merupakan salah satu
bagian dari jalur Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) yang membentang sepanjang
kurang lebih 1000 km, mulai dari Anyer di
Banten sampai Panarukan di Jawa Timur. Jalan
ini dibangun oleh Gubernur Jenderal Belanda di Hindia Timur, Herman Willem
Daendles, sekitar tahun 1808 - 1811. Jalan raya ini sekarang menjadi
salah satu historical landmark kabupaten Sumedang, sekaligus saksi bisu dari
bengisnya kolonialisme Belanda di Tanah Air, dimana sekitar 12.000 nyawa
manusia melayang akibat kerja paksa untuk pembuatan Jalan Raya Pos ini. 5000
diantaranya adalah korban pekerja paksa di wilayah Cadas Pangeran ini yang
harus bersusah payah membelah gunung dengan peralatan yang sangat sederhana
sekali.
Nama jalan Cadas Pangeran diambil
sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada Bupati Sumedang pada saat itu yaitu
Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) yang lebih familiar , oleh masyarakat
Sumedang dengan sebutan Pangeran Kornel.
Sebuah monumen
peringatan berupa patung Pangeran Kornel yang sedang menjabat tangan kanan
Daendels dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menggenggam Keris
Nagasasra dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumedang dan betapa
kharismatiknya sosok Pangeran Sumedang ini, dimana tindakannya tersebut
disimbolkan sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap keputusan Daendels yang
memperkerja paksakan rakyat Sumedang untuk membelah cadas. Monumen patung
ini berada tepat menjadi pemisah antara Jalan Cadas Pangeran bagian Atas dan
Bawah.
Terlepas dari banyaknya korban,
kerjapaksa kolonialisme Belanda atau apapun namanya, namun bagaimanapun setelah
200 tahun berlalu, pembangunan De Groote Postweg ini memang telah memberikan
keuntungan bagi bangsa Indonesia saat ini. Membuat mobilitas yang menjadi
semakin cepat antar kota di Pulau Jawa dan menumbuhkan potensi masyarakat
disekitarnya.
Mungkin akan lain cerita seandainya
Daendles tidak memaksa untuk membelah cadas ini atau bahkan tidak membuat De
Groote Postweg (dari Anyer sampai Panarukan), semoga pengorbanan paksa berupa
jiwa dari para pekerja dapat diterima dan diberi pahala yang setimpal
disisi-Nya.
Amin.
Disarikan dari berbagai sumber yang
antara lain :
1. Wikipedia bahasa Indonesia
KOTA SUMEDANG : SUMEDANG
NGARANGRANGAN, NAON ARTINYA ?
isamas54
Sumedang adalah sebuah kota relatif kecil (kalau di Pulau Jawa) yang terdapat
di antara dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal
sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang tengah melakukan perjalanan darat
antara Bandung dan Cirebon. Ke khasan tempat ini adalah makananya, yaitu tahu
sumedang yang terkenal memiliki cita rasa yang berbeda dengan makanan sejenis
yang terdapat di kota-kota lain.
Jaman dahulu, wilayah Sumedang telah dikenal sebagai lokasi Kerajaan
Sumedanglarang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih 1340 -
1350) dengan wilayah meliputi: Sumedang, Garut (Limbangan), Tasikmalaya
(Sukapura) dan Bandung.
Disaat Pajajaran di Bogor runtuh pada tahun 1579, pembesar dan senapatinya
menyelamatkan atribut dan perangkat kerajaan ke istana Sumedanglarang ini. Raja
terakhir Sumedanglarang adalah Prabu Geusan Ulun yang sempat memindahkan
keraton dari Sumedanglarang ke daerah Dayeuh Kolot, beliau wafat pada tahun
1608 M.
SUMEDANG TANDANG – NGARANGRANGAN
Menurut sebagian orang menyebutkan bahwa Sumedang adalah seperti halnya
“Monumen Endog”, yang tidak ada isi di dalamnya...alias kosong, tapi pendapat
atau mitos tersebut betul apa tidak?
SUMEDANG kaya akan mitos. Sebagian masyarakat tetap memelihara mitos-mitos
tersebut. Salah satunya yang cukup menggelitik adalah adanya uga ‘Sumedang
Ngarangrangan’. Uga seolah merupakan pembenaran dari keadaan sekarang, yang
oleh sebagian orang tidak lebih baik dari tempo dulu. Uga adalah untaian kata
atau kalimat yang secara simbolis berisi ramalan leluhur tentang keadaan yang
dihadapi pada suatu waktu nanti.
Munculnya uga ‘Sumedang Ngarangrangan’ menurut Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, MS
secara historis dapat dilacak ke masa silam. Karena Raden Djamu masih kecil
(kelak lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kusumahdinata IX alias Pangeran
Kornel) ketika ayahandanya wafat, maka pemerintah VOC mengangkat keturunan dari
Parakanmuncang sebagai Bupati, berkuasa dari 1773-1791. Situasi yang tidak
nyaman ini karena Sumedang tidak dipimpin oleh keturunan Sumedang sendiri,
menimbulkan uga ‘Sumedang Ngarangrangan’. Kata ngarangrangan menunjukkan pohon
yang daunnya berguguran dengan dahan yang kering meranggas (konon sebagian
orang menyebutkan seperti halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isinya…?)
Keadaan ngarangrangan pada waktu itu lebih terasa lagi oleh Bupati ketika
mereka diangkat menjadi pegawai Kerajaan Belanda yang hanya menerima gaji.
Bupati yang berkuasa sebagai Raja tentu merasa hak istimewanya dikurangi dengan
hanya menerima gaji. Seluruh bupati di Jawa dan Madura sama, mengalami
birokratisasi ini.
Sekarang boleh jadi bagi Sumedang, ngarangrangan mencapai puncaknya setelah
adanya Bendungan Jatigede. Selain Jatigede yang menenggelamkan peninggalan
arkeologis dari masa Tembong Agung, dengan jalan Tol Cisumdawu serta Bandara
Internasional di Kertajati, Sumedang pun akan benar-benar menjadi kota yang
“stagnant”.
sumedang-ngarangrangan_1Agar tidak menjadi kota yang stagnant, Sumedang harus
berupaya dengan meningkatkan daya tarik sebagai kota tujuan wisata. Ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan yang antara lain : (1). Attraction atau
daya tarik yang mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya dan daya tarik
buatan. (2). ‘Amenities’ atau fasilitas layanan pendukung wisata, mencakup
akomodasi, jasa boga dan aneka jasa seperti retail dan rekreasi. (3). Acces
atau pencapaian tujuan ke kota maupun di dalam wilayah tujuan wisata harus
baik. ‘Ancillary Services’ tersebut meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan
serta koordinasi.
Sumedang harus benar-benar dijadikan sebagai Kota Tujuan Wisata. Jalur lalu
lintas juga harus dibuat ‘memaksa’ orang agar tidak sekedar lewat tapi harus
mampir, untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Walau hal itu hanya merupakan suatu “mythos” di tengah masyarakat, namum perlu
dijadikan suatu evaluasi bersama tertang perkembangan pembangunan di Kabupaten
Sumedang selama ini, yang dirasakan tidak banyak perubahan dari sejak jaman
dulu. Namun demikian marilah kita lihat dampak yang akan timbul dari adanya
pembangunan proyek besar terhadap Kabupaten Sumedang itu sendiri, serta
bagaimana bentuk “mitigation” yang harus diambil tindakannya segera.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Sumedang juga memiliki banyak potensi
pariwisata, terutama wisata alam dan budaya. Adapun obyek wisata tersebut
adalah :
1. Alun-alun Kabupaten Sumedang
Salah satu ciri kekhasanya adalah terdapat lingga yang letaknya tak jauh dari
komplek perkantoran pemda kabupaten sumedang dan dikelilingi oleh mesjid agung,
gedung DPR, kejaksaan dan lapas. Di dalamnya terdapat pepohonan yang rindang
sehingga sering digunakan sebagai arena bermain dan jogging track.
2. Mesjid Agung Sumedang
Merupakan tempat peribadatan terbesar bagi umat Islam di kabupaten Sumedang.
Mesjid tersebut sudah lama dibangun, terdapat di depan alun-alun Sumedang dekat
dengan komplek pemerintahan. Bentuk dan arsitekturnya masih dipertahankan
seperti dahulu ketika pertama kali dibangun.
3. Monumen Lingga.
Monumen ini merupakan icon kota Sumedang. Terletak tepat di pusat kota sumedang
dalam rangka memperingati figure yang sangat penting dalam sejarah sumedang
yaitu Pangeran Soeriatmaja. Dibangun pada tanggal 25 april 1992 untuk
memperingati periode yang penting dari tahun 1882 s/d 1919.
4. Monumen Lingga.
Museum Prabu Geusan Ulun. Musium ini terletak di komplek bangunan pemerintahan
kira-kira sebelah selatan alun-alun Sumedang dan merupakan sebuah musium
keluarga yang dibangun pada tahun 1973. Benda-benda bekas peninggalan raja-raja
di zaman kerajaan Sumedang Larang disimpan di musium ini.
5. Makam Dayeuh Luhur.
Terletak di kecamatan Sumedang utara sekitar 17 Km dari pusatkota Sumedang. Daya
tatik yang ada di tempay ini adalah makam prabu Geusan Ulun beserta istrinya
yang bernama Harisbaya serta makam kyai Damang Cipaku.
6. Makam Cut Nyak DienMakam Cut Nyak Dien
Makam ini berada di atas bukit kecil dekat kantor pemerintahan sumedang yang berlokasi
di gunung puyuk kecamatan sumedang selatan. Doceritakan bahwa cut nyak dien
diasingkan dari Aceh oleh pemerintah kolonial Belanda ke Sumedang hingga beliau
meninggal dunia. Cut nyak dien adalah salah seorang pahlawan nasional wanita
Indonesia.
7. Makam Pasarean Gede
Kangjen pangeran Santri (Pangeran koesoemahdinata I) seorang tooh pejuang agama
Islam di wilayah Sumedang Larang tahun 1530 yang dipimpin oleh seorang ratu
bernama Ratu Dewi Inten Dewata dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Pangeran Santri
meninggal pada 2 Oktober 1579 dan dimakamkan berdampingan dengan istrinya di
gunung Ciung pasarean gede yang letaknya kurang lebih 1 Km dari pusat kota
Sumedang.
8. Makam Gunung Lingga
Terletak di desa Cimaraga, kecamatan Darmaraja, sekitar 20 Km dari pusat kota
Sumedang. Memiliki daya tarik panorama alam yang sangat indah dengan bentangan
alam yang unik dan khas.
Makam Marongge9.
Marongge adalah semuah makam dimana embah Gebug dan semua saudaranya menghilang
(tilem).
9. Wisata Alam Cipanas Sekarwangi
Terletak 19 Km arah utara kota Sumedang, di kaki gunung Tampomas, desa Sekar
wangi, kabupaten Buah dua dan bisa ditembuh dengan semua jenis transportasi
baik pribadi maupun umum. Di tempat ini terdapat sumber mata air panas, dan
fasilitas lain seperti penginapan, dll.
10. Wisata Alam Cipanas CilengsingWisata Alam Cipanas Cilengsing
Terletak tidak terlalu jauh dari Cipanas Sekarwangi. Terletak di desa
Cilangkap, kecamatan Buah dua, sekitar 15 Km dari pusat kota Sumedang. Sumber
mata air panasnya mengandung belerag yang cukup tinggi, sehingga serig
digunakan sebagai media pengobatan.
11. Wisata Alam Cadas Pangeran
Sekitar 8 Km ke arah barat kota sumedang (jalan raya ke arah Bandung) terdapat
lembah curam. Tempat yang bersejarah ini dinamakan Cadas Pangeran untuk
mengenang jasa dan keberanian Pangeran Kornel, seorang raja yang memerintah
pada saat itu. Beliau menentang pemerintahan kolonial Belanda yang saat itu
dibawah kepemimpinan Jendral HW. Daendles.
12. Wisata Alam Curug Sindulang
Terletak di desa Sindulang, kecamatan Cimanggung. Tempat rekreasi ini memiliki
2 buah air terjun dengan ketinggian sekita 50 meter. Curug Sindulang memiliki
panorama alam yang indah terutama di perjalanan menuju ke lokasi.
Apabila perjalanan diteruskan, kita akan menjumpai tempat wisata buru Gunung
Kareumbi. Sayangnya lokasi ini sudah sangat tidak terawat.
13. Lapangan Golf Giri Gahana
Sebuah lapangan golf bertaraf internasional yang berlokasi di desa Cibeusi,
kecamatan Jatinangor, dan hanya berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari
Bandung.
14. Wisata Alam Gunung Kunci
Tempat rekreasi ini terletak kira-kira 200 meter dari alun-alun kota sumedang.
Di namakan gunung kunci karena letaknya yang terdapat di bukit kunci. Tempat
wisata ini mempunyai pemandangan alam nan elok dan indah. Tempatnya yang teduh
diantara rindangnya pepohonan yang hijau. Dan alamnya yang masih bersih dan
sejuk jauh dari polusi udara.
Salah satu keistimewaan tempat ini adalah karena terdapat peninggalan sejarah
pada masa penjajahan belanda yaitu berupa Gua. Konon gua ini di jadikan benteng
pertahanan yang di gunakan oleh masyarakat sumedang untuk melawan penjajah pada
masa itu. Ada beberapa gua yang terdapat di gunung kunci ini. Dan jika kita
mengitari benteng, di bagian belakang benteng terdapat hamparan rumput hijau
nan luas dengan panorama yang indah. Dari sinilah kita dapat melihat alun-alun
kota sumedang dan sekitarnya.
Namun....sayang beberapa tahun terakhir ini tempat wisata ini tidak pernah di
buka lagi untuk umum. Dan sepertinya kurang mendapat perhatian dari masyarakat
sumedang sendiri dan pemda setempat. Patut di sayangkan apabila potensi yang
besar itu tidak mendapat perhatian dan tidak di kelola dengan baik. Padahal ini
bisa menjadi daya tarik bagi kota sumedang itu sendiri agar mendapat kunjungan
wisatawan. Dan otomatis dapat menjadi pemasukan bagi pemda setempat.
15. Bumi Perkemahan Kiara Payung
Tempat ini adalah salah satu lokasi yang digunakan dalam kegiatan jambore
pramuka nasional dan dikelola oleh Pemda Jawa - Barat. Terletak di Kecamatan
Jatinangor, kabupaten Sumedang.
16. Wisata Alam Copanteuneun
Sebuah kolam alam yang menarik dengan luas sekitar 1 Ha. Terletak di kaki
gunung Tampomas di sebelah utara kecamatan Cimalaka, hanya 5 Km dari pusat kota
Sumedang.
17. Kawasan Wisata Kampung Toga
kampung toga adalah singkatan dari kampung tanaman obat-obatan. Terletak 3 Km
dari alun-alun Sumedang, merupakan objek wisata keluarga dengan lingkungan
pegunungan yang indah dan nyaman, Cocok untuk pertemuan dan pesta.
Bentangan alam dengan ketinggian yang berbeda menjadikan kawasan ini memiliki
wisata yang beraneka ragam. diantaranya di tempat ini tersedia fasilitas
paraglaiding, gantole, Arung jeram, hiking, jogging, off-road, game war (paint
ball / airsoft gun), horse riding, dll.
18. Wisata Agro Di Kampung Nangorak
Duduk diantara semilir angin yang berhembus atau berjalan-jalan di kebun
strawberry sambil memetik dan mencicipi buahnya yang manis. Melihat kebun melon
yang ranum dan harum atau mengunjungi peternakan sapi perah.......semua ada di
sini.
Inilah.....kawasan Agroteknobisnis Sumedang, sebuah tempat wisata agro yang
terletak di kampung Nangorak 6 km dari Alun-alun kota Sumedang. Terletak
diketinggian antara 800-1000 meter dpl. Hanya memakan waktu kurang lebih dari
satu jam perjalanan. Karena jalannya yang sempit dan terus menanjak, bahkan di
beberapa tikungan jalan terlihat agak terjal maka haruslah ekstra hati-hati
sebab jika tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Namun begitu cukup mengasyikkan juga karena sepanjang perjalanan menuju tempat
itu, pemandangan di sekitarnya tampak indah dan terlihat hijau oleh pertanian
sawah yang membentang luas. Dari sini terlihat juga gunung Tampomas yang
menjulang tinggi.
Ketika sampai ditempat lokasi kita hanya diwajibkan membayar tiket masuk yang
hanya seribu rupiah saja, cukup murah bukan! Tempat wisata ini memang sangat
luas. Karena didalamnya mencakup perkebunan, pertanian, budidaya tanaman dari
250 jenis tanaman dan pohon.